Andai Otak Manusia Memiliki Riwayat Penjelajahan Layaknya Browser

Niscaya Tidak Ada Lagi Writer’s Block

Rizky Phalosa Ady
2 min readJan 19, 2024
Pemandangan Gedung-gedung Perkantoran Jalan Sudirman-Thamrin

Jakarta hari ini terasa seperti Kota Bogor. Sejak pukul empat pagi, lantai teras kamar saya sudah basah, suhu udara terasa sangat dingin. Rupanya dari semalam hujan tak kunjung usai. Syukurnya kemarin bukan jadwal saya mencuci pakaian, karena kelihatannya jemuran kawan-kawan sudah menjadi korban.

Pagi hari ini saya cukup bersemangat, sebab mengingat jadwal kuliah semester tujuh telah selesai dan pekan ini sudah memasuki minggu tenang sebelum Ujian Akhir Semester (UAS). Selain itu, hawa panas yang terasa pada pagi hari seperti biasa tidak lagi menyengat, karena hujan gerimis masih terus membasahi Kota Jakarta.

Meskipun tidak memiliki kelas hari ini, saya memutuskan untuk pergi ke kampus untuk mengerjakan laporan PKL, menikmati suasana hening dan dinginnya AC di ruang khusus skripsi, dan melaksanakan salat Jum’at di Masjid Agung Al-Azhar. Sesuai dengan aktivitas favorit saya setiap datangnya hari Jum’at.

Selama di kampus beberapa kali saya tenggelam dalam pikiran. Sesaat memikirkan sesuatu, merasa hal itu menarik, akhirnya berazam untuk nanti malam saya tulis di jurnal. Sayangnya, dari sekian kali menyelami ide-ide dalam benak, lewat beberapa saat dan berpindah lokasi, saya sudah tidak ingat lagi, apa ya tadi yang saya pikir untuk ditulis?

Malam ini saya menghabiskan satu jam kebingungan mencari topik apa yang ingin saya tulis untuk jurnal hari ini. Berusaha mengorek-orek apa yang siang tadi saya sempat pikirkan, tetapi usaha saya belum membuahkan hasil. Saya hanya ingat bahwa saya pernah memikirkan beberapa ide untuk dituangkan malam ini, perihal apa, entah tak terbesit sama sekali.

Sepertinya hari ini saya kembali mengulangi pelajaran yang sama. Sama seperti biasanya, ketika saya menyesali mengapa tidak mencatat apa yang terpikir, sembari bergumam dalam hati “Apa ya…? ah sudahlah…, lupakan”.

Andai saja kita memiliki teknologi mutakhir untuk menelusuri riwayat penjelajahan di dalam otak layaknya browser, mungkin saja tidak akan ada lagi writer’s block. Berharap saja Elon Musk membaca tulisan ini, siapa tahu dia sedang belajar Bahasa Indonesia di Medium, kan?

Sudahlah, cukup untuk hari ini. Besok saya memiliki agenda penting; mencatat pikiran-pikiran yang selalu berhasil kabur dari benak saya ini.

--

--

Rizky Phalosa Ady

Every month, I share my stories and insights. Mostly about human nature, though I do like to sprinkle in some thoughts on language science. Let's connect!